Jumat, 20 Februari 2015

Manisnya Cara Desainer Muda Menjual Indonesia

Dian Pelangi, Barli Asmara, dan Saskia (Sumber: media.iyaa.com)
Beberapa hari yang lalu media heboh mempublikasikan bagaimana manisnya Dian Pelangi, Barli Asmara, dan Zaskia Sungkar dalam Couture Fashion Week (CFW), New York. Hampir semua media nasional dan internasional mempublikasikan even ini. Beruntungnya para desainer Indonesia dapat membuka jalan untuk berkarya di luar negeri. Namun, apakan even ini hanya menguntungkan mereka sebagai pelaku utama, bukankan ini kesempatan bagi Indonesia?.

Momen perhelatan CFW memang menjadi milik ketiga desainer muda berbakat yang hadir disana. Meriahnya panggung, gemuruh tepuk tangan, banjir pujian, dan terjualnya busana yang dipamerkan memang mutlak milik mereka. Dibalik itu semua, bukan hanya keadaan yang terlihat adalah keuntungan satu-satunya dari perhelatan ini. Banyaknya media yang mempublikasikan negeri asal desainer dan busana muslim yang diperagakan yang menjadi perbincangan dunia adalah milik bangsa Indonesia. Beberapa hal yang menguntungkan Indonesia dari even ini adalah:

Diplomasi budaya
Keberhasilan ketiga desainer Indonesia masuk CFW merupakan sebuah diplomasi dan promosi budaya. Seperti diketahui even tersebut merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun, istimewanya tahun ini adalah mereka bertiga berhasil masuk dengan membawa busana muslim sebagai busana pilihan yang dipamerkan. Bukan mudah untuk menembus acara seperti ini untuk busana muslim, karena belum pernah diperagakan dalam acara yang sama sebelumnya. Berdasarkan informasi yang beredar, dibutuhkan satu tahun untuk meyakinkan panitia dan sponsor agar busana muslim dapat masuk kesana. Dan Alhamdulillah-nya mereka berhasil melakukannya dengan baik.

Setelah acara digelar, banyak sekali public yang antusias dengan aneka busana yang dikenakan model lokas USA. Antusiasme masyarakat terhadap busana yang dipamerkan menunjukkan keberhasilan mereka masuk kedalam ranah kultur yang berbeda. Sungguh ini luar biasa, kendati sebagian di dalam negeri mengkritik karena busana yang dibawa belum syar’i. Apapun komentar yang beredar setidaknya langkah mereka memperkenalkan busana yang tertutup, lebih sopan, namun tetap menarik berhasil. Toh, Dian Pelangi sendiri sebagai desainer dalam sebuah wawancara mengatakan untuk memperkenalkan busana muslim yang baik itu tidak bisa dilakukan dengan spontan. Tetapi pelan-pelan agar mereka tahu dulu, setidaknya paham, beginilah busana muslim. Dengan pagelaran busana ini mereka sudah melakukan diplomasi budaya dengan cara yang lebih baik dan elegan.

Dian Pelangi, Barli Asmara, dan Saskia, bersama Model (Sumber: www.lovelytoday.com)
Promosi Indonesia
Tidak dapat dipungkiri setiap perhelatan acara-acara besar fashion dunia selalu menjadi pusat perhatian kuli tinta. Banyangkan saya untuk acara sekelas CFW tentu akan diliput oleh jutaan media dari berbagai belahan dunia. Untungnya keunikan busana yang dipamerkan ketiga desainer Indonesia menjadi perhatian dunia. Nama Indonesia berulang-ulang disebut dalam berbagai media, dengan sendirinya menjadi pemberitaan yang menyenangkan untuk Indonesia. Kalau selama ini selalu pemberitaan tentang korupsi, bencana, atau politik yang semakin menggila, pemberitaan tentang fashion tentu akan merubah paradigma dunia tentang Indonesia.

Mimpi Pusat Busana Muslim Dunia
Para desainer Indonesia sangat memimpikan untuk menjadikan negeri ini sebagai kiblat fashion busana muslim dunia. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar didunia, Indonesia memiliki kans yang besar menjadi pusat perhatian dalam busana muslim. Tentu saja ditunjang dengan trend busana muslim yang semakin besar beberapa tahun terakhir. Paling tidak, busana muslim sudah menjadi pilihan untuk tampil lebih mempesona dibandingkan zaman dahulu. Walaupun demikian tetap dibutuhkan kerja keras untuk menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan.

Keberhasilan Dian, Barli, dan Saskia adalah langkah kecil yang dapat mengantarkan Indonesia menjadi pusat busana muslim dunia. Setidaknya dibutuhkan desainer-desainer lain yang juga melakukan hal yang sama, mengikuti even-even dunia dengan busana muslim yang khas dan tentunya mampu menculik mata dan pandangan dunia. Tidak hanya even luar negeri, didalam negeri juga harusnya mengadakan acara-acara serupa dengan mengundang perancang busana dan sosialita dunia. Dengan demikian bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia benar-benar menjadi trend setter dan pusat busana muslim dunia.

Akhirnya, apa yang telah dilakukan ketiga anak bangsa merupakan bukti nyata kerja keras, tidak hanya menguntungkan mereka sendiri, tetapi kita semua sebagai bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia bergerak dengan diplomasi budaya agara semua negara didunia lebih terbuka dan memahami Indonesia secara holistik. Karena budaya dapat menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda dan tentu saja menjembatani perdagangan dan perekonian antar bangsa.


Salam semangat!!!.

Tidak ada komentar: