Kamis, 07 Februari 2013

Peran Media Dalam Popularitas Jokowi


Peran Media Dalam Popularitas Jokowi


Indonesia merupakan negara kepualan yang yang dihuni lebih dari 200 juta penduduk saat ini. Banyaknya penduduk di negeri ini menyebabkan Indonesia memiliki sumberdaya manusia yang luar biasa. Tak banyak yang tahu entah berapa banyak sumberdaya manusia luar biasa di negeri ini, karena banyak yang memilih bekerja di luar negeri dan banyak pula sumberdaya luar biasa yang tak terdeteksi karena memilih hidup dan menetap di daerah-daerah atau terbenam dengan masayarakt biasa karena kekurangan biaya untuk meningkatkan kompetensi diri, kekurangan fasilitas, atau dibenamkan oleh sistem promosi pegawai/karyawan yang buruk.

Diantara sekian banyak sumberdaya manusia Indonesia, Jokowi salah satu yang layak menjadi sorotan saat ini. Siapa yang kenal Jokowi sebelum tahun 2010?. Bagi warga Solo, Jokowi dikenal sebagai bupati yang memiliki kinerja yang baik. Bagaimana tidak, bupati yang berperawakan kecil ini kerap mengunjungi masyarakat untuk mengetahui akar permasalahan yang dihadapi serta cara penyelesaian masalah yang tepat. Tak heran jika prestasi kerja Jokowi mendapat apresiasi dari semua pihak baik masayarakat, media, maupun lembaga dunia yang memberikan penghargaan sebagai salah satu kepala daerah terbaik di dunia.

Prestasi kerja Jokowi patut diacungi jempol selama memimpin Solo. Namun, siapa yang kenal Jokowi selain warga kota solo dan sekitarnya sebelum tahun 2010? Hampir semua mengatakan tidak tau siapa Jokowi. Keadaan ini berbalik setelah Jokowi mendompleng Karya SMK Solo sebagai pelindung, penasehat, sekaligus orang pertama yang menggunakan mobil ESEMKA. Semenjak itu media mulai terlibat dalam kehidupan Jokowi. Hampir setiap hari media memberitakan Jokowi sebagai pendukung berkembangnya mobil murah dalam negeri produksi ESEMKA. Keadaan ini lebih diuntungkan lagi dengan posisi pemerintah pusat yang seakan berseberangan dengan produksi mobil ini dengan munculnya tanggapan-tanggapan miring dari petinggi negara tentang mobil ini pada saat itu. Keadaan seperti ini sepertinya menjadi daya tarik tersendiri untuk media khususnya televisi untuk memblow-up masalah seolah-olah menjadi hal yang kontroversial dan layak dibahas sebagai suatu titik kelemahan pemerintah dan kelebihan Jokowi dalam memotivasi tumbuhnya industry dan berkembangnya potensi dalam negeri.

ESEMKA merupakan awal kebangkitan popularistas Jokowi. Bagaimana tidak sejak saat itu Jokowi menjadi buah bibir dimana-mana. Perform dari satsiun ke stasiun menjadi hari-hari Jokowi untuk melakukan promosi bagaimana dukungannya terhadap ESEMKA. Nama Jokowi kemudian semakin berkibar dengan proses akan dilakukannya uji kelayakan mobil ESEMKA walaupun akhirnya dinyatakan tidak lolos uji di balai uji kendaraan di Tangerang. Kegagalan ini tidak membuat nama Jokowi memudar dari publik begitu saja.

Jokowi kembali menghebohkan dengan dianugerahkannya beliau sebagai salah satu walikota terbaik dunia. Berita ini kembali mengangkat Jokowi lebih tinggi melayang di udara Indonesia. Dari sini nama Jokowi terus mengudara dan berkibar dimedia-media lokal dan nasional di seluruh Indonesia. Entah bagaimana ceritanya, penulis tidak tahu apakah ini menjadi agenda setting media untuk mengangkat Jokowi atau terjadi secara alami.

Jokowi kembali membahana pada saat pencalonan Gubernur Jakarta. Proses pencalonan Gubernur Jakarta menjadi proses pemilukada yang paling heboh se-Indonesia. Bagaimana tidak perang antar kubu calon seakan hampir setiap hari menghiasi layar kaca lokal dan nasional. Tak hanya itu media sosial juga sama semaraknya dalam memberitakan Jokowi yang akhirnya terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Rahmat.

Pemilihan kepala daerah sebenarnya hal yang biasa terjadi di seluruh Indonesia. Semua media memberitakan tentang proses pemilihan kepala daerah, namun tidak begitu dekat dan bertubi-tubi berita yang disajikan. Selain itu, menurut pengamatan penulis berita yang diangkat biasanya hanya sekilas tentang kegiatan di hari pemberitaan disajikan. Namun Even setiap lima tahun sekali ini menjadi luar biasa kali ini khusus DKI. Semua televise berlomba untuk mempublish berita tentang Jokowi dan calon-calon lain yang menurut penulis kurang berimbang (pendapat penulis) dalam pemberitaan. Pembaca boleh mengingat atau membuka kembali berita-berita dan melakukan analisa terhadap berita-berita selama proses pemilukada DKI, disana akan jelas bagaimana media begitu mengelu-elukan Jokowi dalam setiap pemberitaan.

Kegiatan media dalam pemberitaan Jokowi terkesan seakan media menginginkan Jokowi terpilih sebagai gubernur DKI. Hal ini kembali menurut penulis, apa yang dilakukan media pada saat itu hingga saat ini begitu jelas terlihat dimana semua kegiatan begitu disorot baik pengalaman memimpin sebelumnya, keberhasilan-keberhasilan yang dilakukan, gaya kepemimpinan yang begitu banyak dibahas, serta prestasi kerja tentunya menjadi komoditi utama suksesnya peran media mengangkat hal ini.

Peran media tidak hanya sampai mengantarkan Jokowi pada Kursi DKI 1. Media terus berlanjut pada publikasi setiap perjalanan Jokowi dalam memimpin Jakarta. Setiap kegiatan disertai dengan media televise yang seakan tak berjarak dengan pekerjaan sang gubernur. Prestasi Jokowi memang tak diragukan lagi, penulis setuju beliau memang pantas untuk dipuja sebagai gubernur sejati yang bekerja sepenuh hati untuk masyarakat. Namun, ekpose media yang seakan berlebihan yang mengikuti dan memberitakan setiap pekerjaan yang dilakukan mengesankan me media televise  menjadi pemikat hati masyarakat terhadap Jokowi yang seakan disetting sedemikian rupa. Padahal dibalik itu semua Jokowi adalah manusia biasa yang membutuhkan waktu, bekerja tanpa dibuntuti setiap detik oleh media televise dan tentunya memilki berbagai kekurangan yang tentu tidak ingin terlihat ke publik.

Media televise tidak salah dalam memberitakan kiprah Jokowi dalam memimpin DKI. Ditengah kegerahan masayarakt akan ketidak pastian ekonomi, hokum, minimnya perhatian pemerintah baik melalui kebijakan yang pro-rakyat maupun perhatian langsung yang dirasakan masayarakat Jakarta, kehadiran Jokowi member warna tersendiri dalam benak masyarakat. Ephoria ini seakan menjadi anti klimaks terhadap gaya pemerintahan yang selama ini dirasakan menjadi lebih terasa dengan kehadiran media yang memberikan gambaran begitu nyatanya kepemimpinan Jokowi. Namun kembali lagi hokum pemberitaan dimana berita yang disampaikan berulang-ulang akan menjadi suatu kebenaran dan menjadi acuan di masyarakat. Kalau media mau jujur dalam memberitakan, sebenarnya banyak kepala daerah lain, pemimpin yang lain yang layak diberitakan sama dengan yang dilakukan pada Jokowi, namun kurang mendapat porsi yang sama dimata media pertelevisian Indonesia sebutlah kiprah bapak Yusuf Kalla, Fadhel Muhammad, Denni Indrayana, dan banyak yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan. Tetapi mungkin mereka terlalu bijaksana dan kalah nyentrik untuk terlalu disorot media.

Depok, 8 Februari 2013
Add caption






Tidak ada komentar: