Selasa, 30 Desember 2014

Issu Perdagangan dan Tantangan Ekspor Indonesia

Penurunan Ekspor
Krisis negara-negara eropa dan amerika meberikan dampak yang luar biasa pada perekonomian dunia. Pelemahan pasar ini membuat negera-negara ekportir yang memiliki pangasa pasar sebagian besar dinegar yang mengalami krisis seperti ini akan menyebabkan penurunan nilai ekspor yang luar biasa. Untuk menutupi defisit ekspor, negara-negara eksportir termasuk Indonesia harus jeli untuk melihat dan menggali pasar baru yang sebagain besar berada di asia dan amerika latin yang cenderung lebih stabil.

Tantangan Penetrasi Pasar
Nilai ekspor Indonesia memang tidak cukup besar bila dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya. Namun, jumlah ekspor Indonesia sangat membatu mentupi sebagian kecil dari total devisa negara. Walaupun jumlahnya yang tidak terlalu besar, namun defisit nilai ekspor akan mempengaruhi iklim ekonomi Indonesia serta memicu lesunya Industri dalam negeri. Untuk itu pemerintah harus dan swasta tentunya harus bekerja lebih keras agar mampu meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke negera-negara tujan ekspor baru.
Memasuki pasar negara-negara tujuan yang baru bukanlah hal yang mudah. Ketatnya persaingan usaha serta regulasi yang diberlakukan negara tujuan akan menghambat penetrasi pasar produk negara lain. Indonesia mengalami berbagai masalah dalam hal isu perdagangan terkait dengan sulitnya mengekspor ke beberapa negara. Diantara isu yang selalu dikaitkan dengan produk Indonesia dinataranya:

Produk tidak ramah lingkungan
Isu produk tidak ramah lingkungan beberapa kali memang sudah menjadikan produk ekspor Indonesia. Masalah yang paling baru dan masih menjadi pembahasan sampai sekarang mungkin adalah ditolaknya ekspor minyak goreng asal Indonesia untuk masuk pasar eropa. Pasar eropa menolak minyak goreng Indonesia dengan alasan tidak ramah lingkungan.
Isu ramah lingkungan memang sedang menjadi pusat perhatian seiring dengan adanya perubahan iklim global. Dengan adanya isu seperti ini diharapkan semua negara-negara di dunia lebih peduli pada lingkungan, tidak hanya mengekploitasi dan meningkatkan produk Industri tetapi juga harus turut menjaga lingkungan untuk untuk mencegah perubahan iklim yang lebih ekstrim.

Teknik pengolahan makanan tidak memenuhi standar
Setiap negara memiliki standar yang berbeda-beda dalam pengolahan makanan. Walaupun demikian, setiap negera sudah memiliki standar tertentu yang diakui di negara masing-masing. Walapun memang terkadang ada perusahaan yang nakal dengan tidak mengikuti standar yang ditetapkan.
Terlepas dari aturan dinegara produsen, negara tujuan ekspor memiliki aturan tersendiri dalam pengeolahan makanan. Untuk itu produsen harus mempelajari dengan benar bagaimana standar yang berlaku di negara tujuan bila ingin diterima dipasar mereka. Dan ini memang sudah menjadi ketentuan bisnis dimana kalau mau disukai konsumen maka berikan apa yang diinginkan serta penuhi kepuasan mereka.

Standar keamanan makanan
Standar keamanan makanan memang sudah menjadi issu semua negera sejak lama. Siappaun dan dimanapun tentunya tidak ingin rakyatnya mengkonsumsi makanan yang tidak aman. Demikian pula Indonesia tentunya, namun karena pengawasan yang tidak seketat negara-negara lain serta pelaksanaan regulasi dilapangan yang tidak tegas membuat standar keamanan makanan terabaikan.
Issu keamanan makanan adalah salah satu issu segar negara ain untuk menolak produk ekspor indonesia. Banyak produk kita yang mungkin di dalam negeri dapat dikonsumsi layak oleh masyarakat, namun ditolak di negara lain. Sebenarnya hal ini bukan tanpa alasan karena memang beberapa produk kita terindikasi tidak sesuai dengan standar keamananan makanan yang ditetapkan negara tujuan. Bebebrapa kasus yang sempat merebak adaah penolakan produk sayur dan buah-buahan, makanan kaleng, dan beberapa produk makanan ringan lainnya.

Sertifikasi halal                                                  
Sertifikasi halal produk makanan Indonesia beberapa bulan belakangan juga dipermasalahkan beberapa negera tujan ekspor. Uni Emirat Arab misalnya yang menolak mengakui standar halal Indonesia dikarenakan belum adanya lembaga yang menangani standar halal khusus, ditambah lagi sertifikat halal yang dikearkan oleh MUI belum disertifikasi oleh lembaga sertifikasi nasional. Kendala ini sebenarnya bukan bermasalah pada status halal yang berbeda, namun hanya adanya regulasi yang berbeda dalam pengeluaran sertifikasi halal, disamping itu belum adanya badan sertifikasi halal dunia yang menyebabkan tidak seragamnya dalam standarisasi sertifikat halal.

Solusi, Strategi, dan Promosi
Dalam siatuasi pasar yang sulit yang menyebabkan penurunan nilai ekspor, ditambah lagi dengan ketidakmampuan memenuhi harapan dan aturan yang berlaku dinegara tujuan ekspor maka sudah sepantasnyaah kita melakukan refleksi atas usaha yang sudah kita lakukan. Tantangan demi tantangan tersebut harusnya memicu kita untuk terus memperbaiki kualitas sehingga mampu memenuhi harapan yang diinginkan negara tujuan. Tidak ada yang harus disalahkan dalam hal ini, namun kita dapat belajar mengidentifikasi kekurangan untuk memperbaiki dan mencari solusi terbaik untuk itu.
Penyesuaian standar atas produksi dalam negeri adalah salah satu jalan keluar yang baik. Penyesuaian standar ini tentu mengacu pada standar international yang umumnya diberlakukan negara-negara tujuan. Penyesuaian standar bukan berrati menurunkan standar yang sudah baik dilaksanakan dinegara kita, namun meningkatkan apa yang belum sesuai dengan tuntutan negara tujuan ekspor. Peyesuaian standar ini hendaklanya dilakuan dalam semua hal yang berhubungan dengan industri baik standar keamanan, standar produksi yang ramah lingkungan, standar pengolahan, hingga sertifikasi makanan.

Semoga dengan berbagai perbaikan yang diupayakana akan meningkatkan kepercayaan dunia international terhadap produk ekspor indonesia. Dengan demikian kita tidak akan mengalami defisit ekspor untuk beberapa komoditas seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar: