Senin, 02 September 2013

Saat Malam Tanpa Bintang


Lelah sekali rasanya hari ini. Entah apa yang menyebabkan rasa seperti ini. Mungkin karena aktivitas tidak biasa kemarin, tapi tidak. Bukan karena itu, kemarin sangat menikmatinya. Tapi ini mungkin saja karena malam-malam sekarang yang begitu gelap. Tidak hanya sekarang, mungkin beberapa purnama yang lalu. Aku lupa entah kapan terakhir kunikmati malam-malam yang indah. Mungkin sudah begitu lama, ya lama sekali.

Gambar Ilustrasi (Sumber: arvinapuspita.blogspot.com)
Dulu memang, malam-malam terasa begitu berwarna. Paling tidak dalam keadaan mendung bahkan hujan masih bias menari. Tanpa bintang memang pada kondisi demikian, tapi aura bintang-bintang selalu ada, paling tidak dalam hatiku. Tidak seperti sekarang, terasa begitu sunyi dan terkadang menakutkan. Horror juga, tapi tidak seberapa. Bintang terakhir sudah tak terlihat, jangkrik yang biasa ribut di hutan sebelah juga bosan mungkin. Dan sekarang hampir semua binatang mewarnai malam, menghilang  pelan memang tapi pasti menghilang.

Gambar Ilustrasi (Sumber: favim.com)
Menari kini dalam sunyi. Hanya cahaya bulan redup temani menari. Tapi, Tariku tetap riang. Sunyi memang tapi tak sunyikan dendang tari. Walaupun hanya setengah bayang-bayang temani malam ini, kupastikan tarianku tetap inidah, senyumku tetap merekah karena senyumku seperti beberapa pohon di padang pasir yang meneduhkan siapa saja tanpa pilih apapun dan sapaku tetap seperti dulu, sapa abadi yang selalu ada untuk wajah-wajah sepi. Ya, aku tidak akan berubah padamu, dengan atau tanpa bintang-bintangpun aku tetap ada. Seperti aku yang dulu. Tidak lebih dan kurang, mungkin waktu saja yang membatasi tetapi hatiku tetap padamu.

Gambar Ilustrasi (Sumber: www.telegraph.co.uk)