Rabu, 28 Agustus 2013

Pergi bukan untuk kembali



Kita telah lama disini duduk bersenda ria bersama. Saat panas terik, hujan angin, dan saat matahari terbit. Tak banyak yang tau ketika kita seperti marmot-marmut kecil di kebun belakang. Berlari bersembunyi dibalik dahan dahan kecil sayuran hanya takut pada tikus tanah berwarna gelap. Tak banyak yang tahu juga, ketika kita elihat bintang saat orangorang terlelap entah kemana. Bintang-bintang itu bintang kita, bintang keabadian, yang hanya kita lihat saat fajar akan tiba, saat semua orang menyembunyikan matanya. Tapi, itu dulu…



Dulu sekali, saat dunia masih hanya milik beberapa orang. Saat kita hanya mengenal satu tanah, saat laut hanya yang kita lihat, dan saat matahari hanya tahu kita saja. Sekarang berbeda. Kutahu matahari kini tak se-setia dulu, matahari begitu liar. Ia tak hanya melihat kita, tapi juga semuanya, dan bahkan ia berbagi sinarnya. Sekarang laut begitu banyak, lebih mengagumkan, dan sekarang juga bintang-bintang itu menjauh. Seperti aku yang terus menjauh darimu.




Ya, aku bahkan sudah lupa bagaimana senyummu dulu. Senyum saat engkau tulus ataupun terpaksa. Aku juga lupa, berapa lama aku telah pergi dan pergi lagi. Karena kau juga pernah pergi bukan, pergi jauh dan jauh sekali dan memberi batas. Batas senyum yang hanya untuk sekelilingmu, batas sapa yang hanya untuk yang kau lihat, dan batas do’a yang hanya untuk yang kau sentuh, juga batas harap yang hanya untuk yang memelukmu erat. Dan aku, pergi, pergi dan pergi. Jauh sekali, hingga aku lupa dimana, kemana dan bagaimana untuk kembali. Walaupun pernah berharap untuk, tapi tidak… karena pergiku untukmu, pergi menjauh dan tidak akan kembali. Karena seyogianya yang pergi bukan untuk kembali dan yang telah pergi tak akan kembali.


Tidak ada komentar: