Jogya
selalu manawarkan romantisme berbeda dalam setiap pesonanya. Banyak syair dan
lagu sudah menuangkan romantisnya Jogya dalam bait-bait nada yang indah. Sama
dengan kotanya, lagu-lagu tentang Jogya-pun terdengar sangat menawan.
.
Berbicara masalah Jogya, tentu bukan
hanya bicara tentang batik, budaya, atau ekonomi kreatif. Jogya adalah paket
lengkap sebuah kota dengan sejuta performa. Bayangkan saja, sebagai
satu-satunya daerah yang masih memiliki kraton yang eksis dalam dunia
pemerintahan kendati dalam bingkai NKRI, Jogya memiliki segudang cerita tak akan
habis dikupas. Salah satunya pesona alam Jogya.
Meskipun sebagian daerahnya sempat
luluh lantak akibat gempa gunung merapi beberapa tahun silam, pesona Jogya
seakan tak pernah pudar. Gunung, pantai, situs-situs budaya, dan tentunya
Malioboro adalah objek yang paling diminati dari Jogya. Masih banyak lagi yang dapat
dieklplorasi dari Jogya.
Berbicara masalah eksplorasi Jogya,
banyak sekali media yang sudah membawa harumnya nama Jogya dengan caranya
masing-masing. Film terbaru bertajuk Kapan Kawin misalnya, mampu mengemas Jogya
dengan manis dalam setiap detik perannya.
Kemunculan Jogya pertama sangat menawan dengan tampilan pintu rumah
Jogya yang khas, sederhana dengan cirri bangunan rumah tinggal Jogya yang tidak
terlalu tinggi namun sangat nyaman.
Lebih lanjut film ini bertubi-tubi
mengeksplor keindahan lainnya dari Jogya. Malioboro misalnya disunting dalam
beberapa menit dengan pemandangan kesibukan jalan yang snagat terkenal ini.
Aktifitas jual beli disajikan sedikit namun sangat manis untuk sebuah promosi
yang abadi ini. Untuk memperkuat identitasnya, sutradara tak lupa mengambil
beberapa adegan tepat dibawah papan nama Jalan Malioboro. Adegan ini seakan
memperkuat kesan inilah Jogya untuk semua keindahan yang terbungkus didalamnya.
Selain Malioboro, Jogya juga tekenal
dengan pantai yang indah. Hamparan pantai yang luas dan keindahan laut berhasil
ditampilkan dengan sangat menarik dalam beberapa adegan. Walaupun hanya
beberapa adegan, namun film ini bener-benar mampu menjual keindahan pantai
Jogya lengkap dengan pasir putihnya yang lembut. Belum lagi lagu-lagu musisi
jalanan yang dinyanyikan beberapa pemeran diiringi musik musisi tersebut
menambah rasa betapa hangatnya Jogya.
Tak hanya sampai disitu keindahan
Jogya dalam film ini. Beberapa adegan lain misalnya bagaimana Satrio
bermeditasi diatas batu hitam besar ditengah kali Jogya. Airnya yang jernih membasuh
setiap pinggiran batu bergantian, mengalir melewati jembatan kayu kusam
menghitam. Desiran dedaun menghijai sepanjang kali mengatakan inilah Jogya yang
indah asri dan sangat menawan.
Selain kali, perkebunan salak yang
berada tepat dibelakang rumah Didi yang dijadikan tempat eksekusi kemarahannya
menambah keindahan Jogya dari sisi lain. Jaras-jaras dahan salak yang menjulur
bersentuhan satu sama lain, terlihat sangat dengan duri-duri yang tajam seakan
mengatakan Jogya tidak hanya malioboro dan pantai, tapi Jogya juga perkebunan,
gunung, dan alam lainnya.
Secara umum Film Kapan Kawin berhasil
mempromosikan Jogya dengan menawan dalam setiap bagiannya. Promosi ini akan
sangat menarik karena akan menjadi promosi sepanjang masa. Harusnya daerah-daerah
lain juga mengikuti langkah promosi seperti ini. Walaupun mungkin Jogya dipilih
karena keindahannya tanpa permintaan pemerintah Jogya, namun kota-kota lain di
Indonesia bisa saja mengajak pekerja seni untuk hadir dan mengeksplorasi
daerahnya. Banyak sekali daerah-daerah yang menarik lainnya di Indonesia, dan
yang lebih penting lagi adalah setiap daerah memiliki keunikan tersendiri.
Dengan demikian hasil akhir sebuah senipun tidak hanya sekedar seni tetapi juga
bagian dari eksplorasi dan promosi budaya Indonesia.
Akhirnya semoga apa yang ditampilan
Tim Kapan Kawin dalam film ini mampu memikat pekerja seni lainnya untuk
melakukan hal yang sama atau lebih lagi. Dan semoga sinergi antara seni dan
dunia pariwisata daerah akan mampu meningkatkan promosi wisata Indonesia
sehingga siap menghadapi tantangan dunia pasriwisata global nantinya. Salam
semangat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar