Gambar Ilustrasi (Sumber: sidomi.com) |
Beberapa waktu yang lalu dunia sosial media
dihebohkan dengan beredarnya sejumlah meme tentang Ada Apa Dengan Cinta (AADC).
Banyak sekali meme beredar sejak Film Mini Seri AADC Line dirilis. Semua orang berlomba-lomba
membuat meme sendiri dengan mengutip salah satu percakapan dalam mini seri
tersebut. Tidak hanya itu, bagi yang tidak bisa membuat meme, paling tidak ikut
share meme yang beredar. Percakapan yang luas di media sosial seperti ini
berhasil, Line menjadi hangat diperbincangkan dan semakin dikenal di Indonesia.
Beberapa hari ini dunia dan Indonesia
juga dihebohkan dengan beredarnya foto baju yang memperdebatkan warna putih
keemasan atau biru hitam. Hampir semua orang mebicarakan tentang perdebatan
warna ini, bahkan ada yang memperdebatkan dalam keluarga dan mempublikasikan di
facebook, twitter, dan media sosial lainnya. Gambar baju putih keemasan atau
biru hitam memang tidak memperkenalkan brand secara spesifik. Namun cukup
menggemparkan media sosial untuk sebuah perdebatan yang menarik.
Kedua contoh tersebut merupakan
promosi yang luar biasa, murah dan efisien. Pakar marketing Jonah Berger dalam bukunya yang menjadi
best seller New York Times “Contagious”
menyebut promosi seperti ini dengan “Getok Tular”. Getok tular adalah promosi
yang memanfaatkan kesenangan orang untuk berbagi informasi baik positif maupun negatif.
Getok tular sendiri dapat dilakukan dengan memberikan sebuah umpan yang menarik
ke publik selanjutnya memancing keinginan publik untuk menyebarkan informasi
dengan suka rela. Tentu saja semua orang mau melakukannya karena sesuatu yang
menarik, menyenangkan, dan mendapatkankan feedback yang menyenangkan pula dari
teman sosial media.
Dalam banyak kasus getok tular
berhasil mengantarkan sebuah brand untuk dikenal luas di pasar. Tentu saja kita
merasakan bagaimana berhasilnya Line di Indonesia misalnya, banyak orang tau
dan penasaran dengan aplikasi Line sehingga mencari dan mengunduh aplikasi
tersebut. Banyak kasus lain juga mendapatkan keberhasilan yang serupa dan
bahkan diluar negeri banyak yang hasilnya lebih baik.
Getok tular dapat dilakukan siapaun
dan untuk produk apapun. Namun, getok tular harus diprogram senatural mungkin, tidak mengandung unsur yang menyinggung perasaan orang atau
kelompok, dan tentu saja tidak melawan
kaidah-kaidah ilmiah. Untuk itu membuat getok tular juga harus direncanakan
dengan matang. Beredarnya meme Line “Memangnya beda… di… dengan di…”, memang
secara ilmiah memiliki perbedaan waktu, namun tidak demikian jauh. Akan tetapi
percakapan tersebut sangat menyentuh pasar remaja dan anak muda karena Line
memang menyasar pangsa pasar tersebut. Demikian juga beredarnya perdebatan baju
tadi, memang pada dasarnya ada pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan
perbedaan persepsi warna akibat pengaruh kondisi saraf dan emosi saat itu. Dan
ini dimanfaatkan dengan baik oleh pembuat meme untuk mengeluarkan getok tular
ini. Dalam sebuah Journal marketing (online) juga sudah dibahas tentang
perdebatan warna baju ini sebagai strategi yang luar biasa.
Akhirnya belajar dari keberhasilan
getok tular kedua contoh di atas, semoga teman-teman pembaca yang punya produk
atau usaha dapat memanfaatkan promosi dengan cara ini. Promosi ini sangat murah,
efektif, dan yang paling penting dapat menyasar target konsumen yang
diinginkan.
Selamat berkarya, salam semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar