Penurunan Ekspor
Krisis
negara-negara eropa dan amerika meberikan dampak yang luar biasa pada
perekonomian dunia. Pelemahan pasar ini membuat negera-negara ekportir yang
memiliki pangasa pasar sebagian besar dinegar yang mengalami krisis seperti ini
akan menyebabkan penurunan nilai ekspor yang luar biasa. Untuk menutupi defisit
ekspor, negara-negara eksportir termasuk Indonesia harus jeli untuk melihat dan
menggali pasar baru yang sebagain besar berada di asia dan amerika latin yang
cenderung lebih stabil.
Tantangan Penetrasi Pasar
Nilai
ekspor Indonesia memang tidak cukup besar bila dibandingkan dengan
negara-negara Asean lainnya. Namun, jumlah ekspor Indonesia sangat membatu
mentupi sebagian kecil dari total devisa negara. Walaupun jumlahnya yang tidak
terlalu besar, namun defisit nilai ekspor akan mempengaruhi iklim ekonomi
Indonesia serta memicu lesunya Industri dalam negeri. Untuk itu pemerintah
harus dan swasta tentunya harus bekerja lebih keras agar mampu meningkatkan
nilai ekspor Indonesia ke negera-negara tujan ekspor baru.
Memasuki
pasar negara-negara tujuan yang baru bukanlah hal yang mudah. Ketatnya
persaingan usaha serta regulasi yang diberlakukan negara tujuan akan menghambat
penetrasi pasar produk negara lain. Indonesia mengalami berbagai masalah dalam
hal isu perdagangan terkait dengan sulitnya mengekspor ke beberapa negara.
Diantara isu yang selalu dikaitkan dengan produk Indonesia dinataranya:
Produk tidak ramah lingkungan
Isu
produk tidak ramah lingkungan beberapa kali memang sudah menjadikan produk
ekspor Indonesia. Masalah yang paling baru dan masih menjadi pembahasan sampai
sekarang mungkin adalah ditolaknya ekspor minyak goreng asal Indonesia untuk
masuk pasar eropa. Pasar eropa menolak minyak goreng Indonesia dengan alasan
tidak ramah lingkungan.
Isu
ramah lingkungan memang sedang menjadi pusat perhatian seiring dengan adanya
perubahan iklim global. Dengan adanya isu seperti ini diharapkan semua
negara-negara di dunia lebih peduli pada lingkungan, tidak hanya mengekploitasi
dan meningkatkan produk Industri tetapi juga harus turut menjaga lingkungan
untuk untuk mencegah perubahan iklim yang lebih ekstrim.
Teknik pengolahan makanan tidak
memenuhi standar
Setiap
negara memiliki standar yang berbeda-beda dalam pengolahan makanan. Walaupun
demikian, setiap negera sudah memiliki standar tertentu yang diakui di negara
masing-masing. Walapun memang terkadang ada perusahaan yang nakal dengan tidak
mengikuti standar yang ditetapkan.
Terlepas
dari aturan dinegara produsen, negara tujuan ekspor memiliki aturan tersendiri
dalam pengeolahan makanan. Untuk itu produsen harus mempelajari dengan benar
bagaimana standar yang berlaku di negara tujuan bila ingin diterima dipasar
mereka. Dan ini memang sudah menjadi ketentuan bisnis dimana kalau mau disukai
konsumen maka berikan apa yang diinginkan serta penuhi kepuasan mereka.
Standar keamanan makanan
Standar keamanan makanan memang sudah
menjadi issu semua negera sejak lama. Siappaun dan dimanapun tentunya tidak
ingin rakyatnya mengkonsumsi makanan yang tidak aman. Demikian pula Indonesia
tentunya, namun karena pengawasan yang tidak seketat negara-negara lain serta
pelaksanaan regulasi dilapangan yang tidak tegas membuat standar keamanan
makanan terabaikan.
Issu keamanan makanan adalah salah
satu issu segar negara ain untuk menolak produk ekspor indonesia. Banyak produk
kita yang mungkin di dalam negeri dapat dikonsumsi layak oleh masyarakat, namun
ditolak di negara lain. Sebenarnya hal ini bukan tanpa alasan karena memang
beberapa produk kita terindikasi tidak sesuai dengan standar keamananan makanan
yang ditetapkan negara tujuan. Bebebrapa kasus yang sempat merebak adaah
penolakan produk sayur dan buah-buahan, makanan kaleng, dan beberapa produk
makanan ringan lainnya.
Sertifikasi halal
Sertifikasi halal produk makanan
Indonesia beberapa bulan belakangan juga dipermasalahkan beberapa negera tujan
ekspor. Uni Emirat Arab misalnya yang menolak mengakui standar halal Indonesia
dikarenakan belum adanya lembaga yang menangani standar halal khusus, ditambah
lagi sertifikat halal yang dikearkan oleh MUI belum disertifikasi oleh lembaga
sertifikasi nasional. Kendala ini sebenarnya bukan bermasalah pada status halal
yang berbeda, namun hanya adanya regulasi yang berbeda dalam pengeluaran
sertifikasi halal, disamping itu belum adanya badan sertifikasi halal dunia
yang menyebabkan tidak seragamnya dalam standarisasi sertifikat halal.
Solusi, Strategi, dan Promosi
Dalam
siatuasi pasar yang sulit yang menyebabkan penurunan nilai ekspor, ditambah
lagi dengan ketidakmampuan memenuhi harapan dan aturan yang berlaku dinegara
tujuan ekspor maka sudah sepantasnyaah kita melakukan refleksi atas usaha yang
sudah kita lakukan. Tantangan demi tantangan tersebut harusnya memicu kita untuk
terus memperbaiki kualitas sehingga mampu memenuhi harapan yang diinginkan
negara tujuan. Tidak ada yang harus disalahkan dalam hal ini, namun kita dapat
belajar mengidentifikasi kekurangan untuk memperbaiki dan mencari solusi
terbaik untuk itu.
Penyesuaian
standar atas produksi dalam negeri adalah salah satu jalan keluar yang baik.
Penyesuaian standar ini tentu mengacu pada standar international yang umumnya
diberlakukan negara-negara tujuan. Penyesuaian standar bukan berrati menurunkan
standar yang sudah baik dilaksanakan dinegara kita, namun meningkatkan apa yang
belum sesuai dengan tuntutan negara tujuan ekspor. Peyesuaian standar ini
hendaklanya dilakuan dalam semua hal yang berhubungan dengan industri baik
standar keamanan, standar produksi yang ramah lingkungan, standar pengolahan,
hingga sertifikasi makanan.
Semoga
dengan berbagai perbaikan yang diupayakana akan meningkatkan kepercayaan dunia
international terhadap produk ekspor indonesia. Dengan demikian kita tidak akan
mengalami defisit ekspor untuk beberapa komoditas seperti sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar