Jangan bayangkan kamu menemukan titik
terendah dari suatu wilayah, dataran, atau bagian manapun disini. Titik
terendahku bukan tentang itu, karena aku benci geografi karena titik
terendahnya statis. Tidak seperti titik terendahku dan beberapa orang lainnya.
Memang benar sih, titik terendah selalu dibahas para ahli geografi, geologi,
atau siapa sajalah yang ada hubungannya dengan bumi. Titik terendah kami, kalau
kamu tidak mau kusebut kita itu jauh berbeda. Ya seperti perbedaan jarak kutub
utara dan selatan, walaupun sama-sama kutub, jangan harap kamu bisa
menyatukannya, ngimpi 1000 tahun juga kamu tidak mampu. Bukan aku
merendahkanmu, tapi ini nyata. Jangan marah ya, karena memang kamu tidak akan
bisa, buktikan saja dah kalau kamu mau, tapi jangan minta bayaran ok!.
Sudahlah, yuk kita lupakan kamu dan
kembali pada titik terendahku. Titik terendah disini adalah sesuatu yang
terkadang nyata tetapi juga abstrak. Mungkin kamu tidak akan melihatnya hingga
kamu merasakan dengan hatimu. Butuh sensitifitas yang tinggi untuk dapatkan
itu, sangat special dan saking spesialnya, hanya beberapa orang saja diantaramu
yang mampu merasakannya. Apa yang kamu pikirkan?
Ya, aku setuju-setuju saja dengan apa
yang kamu pikirkan, tapi jangan berlebihan ya takut kamu nyasar. Bebas berpikir
tapi tetap dalam batasnya, dan jangan terlalu jauh karena kamu tidak akan
pernah kembali. Sekali lagi jangan terlalu jauh. Abstrak seperti melewati
kuburan, beberapa orang diantara kamu akan merinding, dan sebagian yang lain bengong
biasa seperti kebo berkulit tebal alias tak berpengaruh sama sekali.
Semua orang pernah berada di titik
terendahnya. Tentu dengan segala macam kompleksitas problematika hidupnya
masing-masing. Sesuai scenario tuhan yang maha agung, karena pada intinya kita
hanya wayang wayang tak berdaya, yang ceritanya sudah diatur sedemikian indah. Tapi
semua itu tidak akan pernah kita sadari keindahannya tanpa meresapi dengan
hati, mendengarkan dalam hening, dan menarikan dengan tarian yang indah dan itu
hanya terwujud jika semuanya pakai hati. Bukan menggantungkan hatimu, tapi
menyempurnakan peranmu dengan sepenuh hatimu alias dengan niat yang tulus dan
penuh perasaan.
Tidak menjadi soal sebenarnya berada
di titik terendah. Karena titik terendah milik semua orang, kalau disadari. Kalau
tidak disadari, maka kita tidak pernah sadar potensi. Berada di titik terendah
sebenarnya merupakan sebuah sekolah. Ya, sekolah luar biasa. Sekolah kepribadian,
sekolah pertaruhan, sekolah tantanga, sekolah, sekolah, sekolah, dan sekolah…
intinya sekolah yang akan memberikan pengalaman berharga untuk langkahmu ke
depan. Tapi, sekolah ini butuh dilanjutkan bro,gak bisa setelah sekolah kamu
diam tak bergerak. Karena itu sekolahmu tidak akan memberikan apapun.
Sekolah di titik terendah merupakan
sekolah introspeksi, sekolah gerakan, sekolah seni, dan sekolah segalanya.
Sekolah di titik terendah mengahruskan kita bergerak ke depan, belakang, atas
bawah, dan zigzag kalau memungkinkan. Jika gerakan itu bagus, maka kamu akan
berada di titip paling atas atau bahkan bisa lebih dari itu. Ini makanya beda
dengan titik terendah bumi atau lainnya, karena sekali berada di titik
terendah, maka sampai akhir masa ia tidak akan berubah. Kecuali tuhan
membalikkannya ke atas, itupun dengan kutukan seperti kutukan untuk suatu kaum
zaman dahulu kala yang termaktub dalam Al-Qur’an.
Tetapi titik terendah kita kan tidak
demikian bro. Kita bisa lebih tinggi, lebih baik, lebih bermartabat setelah
berada di titik terendah. Dan yang paling penting, kita bisa lebih peduli,
lebih manusiawi, lebih sosialis, lebih, lebih, dan lebih lagi terhadap
semuanya. Ya, lebih dapat merubah pandangan kearah lebih baik (Kalau kamu mau bilang demikian).
Ya sudahlah, dititik manapun kamu
berada sekarang, jangan lupa bersyukur ya. Ya, mudah-mudahan Ia yang baik hati
bisa membuatmu lebih baik. Mungkin bukan karena kamu baik, keren, atau blab la bla..
tapi paling tidak kamu bersyukur dengan apa yang kamu dapat/anugerahnya. Karena
janjinya yang pasti itu adalah “barang siapa bersyukur, maka akan Aku tambahkan
nikmatku”, jangan bilang siapa-siapa tentang ini ya. Banyak yang belum tahu. Hehe,
Tanya saja mereka kalau kamu tidak percaya. Aku pergi dulu ya, sampai nanti…(berlalu
pergi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar